Thursday, May 31, 2018

Ketika Satu Bagian dari Dirimu Hilang


Banyak Anak, Banyak Rejeki
Untuk masyarakat  Indonesia, ungkapan tersebut bukan lagi hal asing untuk didengar. Walau telah berkali-kali pemerintah mencanangkan program pengendalian penduduk, tetap saja istilah tersebut tidak lekang oleh waktu. 

Nah, kebayang apa jadinya pasangan yang telah menikah, minimal di atas satu tahun, yang tidak kunjung memiliki anak? Saya contohnya, lima tahun menikah dan tidak kunjung memiliki anak. Pertanyaan semodel:

"Nunda-nunda ya?"
"Makanya jangan keasyikan kerja,"
"Udah cek ke dokter belum?"
"Coba, deh, program ini katanya bagus untuk cepat dapat keturunan"
"Nanti keburu tua makin susah loh hamil,"

Adalah jenis pertanyaan-pertanyaan standar yang sering saya konsumsi, tidak hanya dari teman terdekat, bahkan dari orang-orang yang bertemu pun jarang. Mungkin karena saya cuek, bagaikan angin lalu, saya biarkan pertanyaan itu terus bergulir. Toh, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan bukan mereka pula yang akan membayar semua keperluan saya melakukan cek ke dokter atau ikut program macam-macam.

Saya sendiri semenjak tahun-tahun awal menikah, bahkan sebelum menikah, sudah melakukan cek kandungan. Demikian juga dengan suami saya, melakukan semua cek keseluruhan. Tidak ada masalah pada kami berdua, memang belum dipercaya saja untuk memiliki anak. Sempat mencoba beberapa program, namun belum ada yang berhasil. Sampai akhirnya kami tiba di fase pasrah. Tidak ada lagi yang ingin kami lakukan kecuali merayakan hari ini. Dan itulah yang kami lakukan.

liburan tahun 2014
Tahun 2014, selepas berlibur bersama, kami mendapat kejutan. Saya hamil. Suatu hal yang tidak disangka-sangka, saya dan suami terima setelah lima tahun menikah. Tentu saja bahagianya luar biasa. Rasanya saat itu juga saya ingin berteriak ke seluruh dunia betapa bahagianya diri. Namun, karena dasarnya saya pencemas, sempat berpikir untuk merahasiakan kehamilan dulu sampai yakin. Setidaknya ada informasi pasti dari tenaga profesional, yaitu dokter.

Februari 2014, saya ingat sekali, kali pertama kami berkunjung ke dokter kandungan. Kehamilan saya berjalan sempurna dan detak jantung janin sudah terdengar. Resmi sudah, saya akan menjadi calon ibu. Saatnya kami beritahu keluarga, dan atasan saya di kantor tentu saja. Takutnya kalau terjadi sesuatu dengan saya, atasan tahu sebabnya. 

Tidak lama setelah pemberitahuan saya ke atasan, beliau menginformasikan rencana untuk tugas luar kota sekitar pertengahn tahun. Kondisi ini membuat saya mau tak mau harus melakukan cek kondisi kandungan, apakah cukup kuat kalau dibawa bepergian. Hitung-hitungan yang saya lakukan sendiri, seharusnya saya sudah masuk trimester kedua saat tugas luar kota terjadi, sehingga kandungan sudah cukup kuat.

Saat kembali bertemu dokter kandungan untuk kedua kalinya, pertanyaan itu adalah yang pertama saya tanyakan. Kondisi saya untuk melakukan perjalanan jauh. Sang dokter hanya tersenyum sambil mengatakan untuk melakukan pengecekan dahulu. Raut muka sang dokter saat melakukan pengecekan saat itu tidak akan saya lupakan sampai kapanpun. Pucat, bingung, heran, perpaduan semua hal itu. Saya mulai mencium ada yang tidak beres dan bertukar pandang dengan suami saya.
Ini detak jantungnya tidak terdengar lagi
Vonis sang dokter.


Saat itu juga saya divonis harus merelakan janin yang baru bersama saya sepuluh minggu. Tidak dapat berpikir lama, saya hanya mengikuti semua anjuran sang dokter. Saya hanya ingat terduduk di mobil, sendiri. Suami saya sibuk melakukan seluruh proses pendaftaran, sementara keluarga saya lainnya tidak ikut mengantar. 

Saya hanya duduk diam di dalam mobil. Merenung. Menyalahkan diri saya atas semua hal yang terjadi. Mengingat-ingat dimana tepatnya kesalahan yang saya lakukan. Apa yang saya lewatkan. Kenapa janin saya pergi secepat ini. Mengapa satu bulan saja saya merasakan indahnya memiliki harapan menjadi seorang ibu.

Saat itu akhir bulan Maret 2014. Dalam sekejap anugerah terbaik dalam hidup saya harus dilepaskan.

Saya ingat pasti lagu apa yang saya dengar saat itu di radio, yang ditinggalkan menyala oleh suami untuk menghibur. Namun, ternyata berfungsi sebaliknya.

Some people wait a lifetime for a chance like this
I’ve waited enough
Baby, no, I won’t let you go
I’m sick of tears and being fierce

Proses kuret hanya memakan waktu sebentar, karena dilakukan sore hari, saya pun memutuskan untuk menginap dan baru pulang keesokan harinya. Semua terjadi di hari Sabtu dan hari Senin saya langsung masuk kantor, tidak cuti yang diambil. Saya pikir, untuk apa saya beristirahat di rumah kalau kondisi saya baik-baik saja. Padahal, saya berhak untuk cuti satu setengah bulan.

Saya salah. 

Secara fisik, saya memang baik-baik saja, tapi tidak dari sisi mental. Efeknya berlanjut berbulan-bulan bahkan satu tahun kemudian. Ketika saya dipercaya hamil kembali, kecemasan selalu melingkupi diri saya selama tiga puluh delapan minggu, sampai akhirnya saya melahirkan. Berulang-ulang saat cek kandungan, pertanyaan saya selalu: bagaimana memastikan kandungan ini bertahan.

Kehamilan pertama terlalu banyak memberikan euforia pada diri saya, take it for granted dapat dibilang. Saat janin saya diambil pun, tidak seharusnya saya menyalahkan dan pasrah terhadap diri saya.  Pasti ada alasan yang terjadi di belakangnya, sesuatu yang tersirat.

Sekarang, empat tahun kemudian, saya menuliskan cerita ini. Sebagai bagian dari pengingat diri saya sendiri tentang kehidupan dan kebenaran dari istilah: indah pada waktunya.

Tuesday, May 29, 2018

Writing Therapy: Alternatif Pelepasan Emosi


Photo by J. Kelly Brito on Unsplash

Menulis belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Pembahasan media terkait susahnya menumbuhkan kebiasaan menulis menjadi salah satu indikasinya, seperti tertulis di sini dan sini.  Banyak anggapan banwa menulis hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki profesi penulis, diperlukan bakat untuk melakukannya. Namun sebenarnya, berbeda dengan bentuk karya seni lainnya seperti melukis, menyanyi atau menari, menulis justru tidak memerlukan bakat khusus. Semua orang dapat menulis.

Disarikan beberapa artikel terkait aspek psikologis menulis, dari sini dan sini, menulis dipercaya sebagai sarana pelepasan emosi yang positif. Aktivitas menulis dapat meningkatkan aspek pengembangan sekaligus sarana pengobatan diri. Dalam ilmu psikologi, dikenal dengan istilah katarsis.

Katarsis adalah metode psikologi yang menghilangkan beban mental seseorang, dengan menghilangkan ingatan traumatis dengan membiarkannya menceritakan semuanya

JS Badudu

Berdasar dari ilmu teoretis menulis sebagai katarsis, talkshow writing therapy yang diadakan pada Sabtu, 26 Mei lalu diadakan. Acara ini diselenggarakan oleh komunitas menulis yang didirikan oleh Deka Amalia, Women Script Communitysebagai bagian dari acara launching dua buku terbitan Writerpreneur Club.

Nuzulia Rahma & Deka Amalia saat memberikan paparan materi

Acara ini dipandu oleh Deka Amalia sendiri, dengan narasumber Nuzulia Rahma. Nuzulia Rahma adalah seorang psikolog yang sudah piawai dalam melakukan terapi psikologi melalui aktivitas menulis. Nuzulia, atau akrab dipanggil Mbak Lia, menceritakan pengalamannya dalam melakukan terapi menulis, serta manfaat-manfaat yang didapatkan darinya.

Manusia memiliki banyak peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Dalam satu hari pun, banyak hal terjadi, dari mulai bangun tidur sampai kemudian kembali lagi ke tempat tidur. Semua peristiwa ini, kapanpun terjadinya, nantinya akan tersimpan di alam bawah sadar. Hal ini adalah fitrah, ada bagian otak yang sadar dalam berpikir dan ada bagian yang tidak sadar, yang kita kenal dengan alam bawah sadar itu. 

Nah menurut Mbak Lia, dalam perjalanan waktu, tidak semua peristiwa yang terjadi dalam hidup terlupakan begitu saja. Beberapa hal, walau katanya kita sudah melupakan atau move on, tetap masih tersimpan. Misalnya saja, satu peristiwa buruk terjadi dalam hidup, dikhianati teman sendiri. Walau secara lisan telah memaafkan, namun peristiwa menyakitkan ini tidak sepenuhnya hilang dari diri kita. Berkumpulnya semua kejadian hidup dalam diri, senang atau sedih, lama-lama akan menumpuk. Dari penumpukan peristiwa di alam bawah sadar inilah, mulai terjadi berbagai sumbatan emosi. Macam-macam bentuk sumbatan emosi ini, bisa berupa trauma, depresi, agresif, apatis, pasrah pada keadaan, apa saja. 

Melalui menulis, sumbatan emosi ini coba dikeluarkan. Menulis adalah salah satu cara untuk membuang sampah-sampah yang tersimpan di alam bawah sadar. Saat menulis untuk melepaskan emosi, cari tahu tujuan yang ingin kita capai. Meluapkan atau menyelesaikannya.

gambar dari sini

Menulis Sebagai Sarana Meluapkan Emosi

Berbagai macam hal yang dipendam dalam hati, pada akhirnya akan memuncak, keluar dalam bentuk berbagai macam emosi. Menulis dapat digunakan sebagai alat untuk mengeluarkan semua masalah dalam hati. Nyampah, kalau bahasa orang sekarang dan sering kita dengar. Kalau cukup beruntung memiliki orang lain untuk berbagi sampah setiap saat, tentu sangat menyenangkan hidup. Namun tidak selamanya setiap orang siap menerima sampah kita bukan? Bukan karena mereka adalah teman atau pasangan yang tidak baik, namun menerima sampah dari orang lain itu melelahkan. Bayangkan kita menerima curhatan teman setiap saat, setiap hari. Gerah bukan jadinya. 

Cobalah menulis.

Tidak diperlukan keahlian khusus untuk dapat menulis, bukankah ini salah satu keahlian dasar yang kita pelajari sejak kecil? Sampai saat ini pun, hidup kita tidak lepas dari menulis, walau hanya dalam skala membalas pesan whatsapp atau membuat status di salah satu akun media sosial kita. Semua sama aktivitasnya, menulis, hanya medianya yang berbeda.

Artikel ini mempunyai cara menarik untuk membiasakan diri menulis secara teratur, atau setidaknya saat pikiran terasa penat dan lelah.
  1. Free writing - menulis secara bebas, apa saja tanpa sensor, tanpa takut salah. Tuliskan apa saja yang ada di dalam pikiran saat itu. Perasaan kita, aktivitas yang baru saja dilakukan, rencana kerja, apapun.
  2. Pen poetry - tulis dalam kalimat-kalimat pendek tentang berbagai hal, hampir sama dengan free writing, tapi lebih terstruktur. Gunakan alat bantu seperti foto atau barang kenangan, dan tuliskan puisi berdasar hal tersebut.
  3. Menulis surat - untuk orang lain atau diri sendiri. Tidak perlu diberikan, cukup berpura-pura. Mungkin banyak hal yang ingin disampaikan, namun tidak terwujud. Untuk diri sendiri, dapat juga menuliskan surat untuk diri yang berusia lampau, saat masih duduk di bangku SD atau belum bersekolah. Dapat juga menuliskan untuk diri sendiri di masa depan.
Apabila membutuhkan sedikit dorongan untuk memulai, coba beberapa cara yang diambil dari sini berikut:
  • Menulis apa saja yang terlintas dalam pikiran dengan waktu yang ditentukan, disarankan timing antara lima sampai sepuluh menit
  • Membuat daftar apa saja yang kita syukuri dalam hidup
  • Membuat jurnal yang berisikan selfie diri kita sendiri
  • Membuat catatan atau daftar lagu kesukaan
  • Catat pencapaian terbaik setiap saatnya
gambar dari sini

Menulis Sebagai Sarana Menyelesaikan Masalah

Setelah semua masalah dapat diluapkan melalui berbagai metode di atas, tiba saatnya untuk menyelesaikan semuanya. Kenapa harus diselesaikan? Coba kita lihat dengan analogi cerita berikut, seperti dipaparkan Mbak Lia dan Mbak Deka dalam sesi akhir pekan kemarin.

Pernahkan kita merasakan satu masalah yang sama datang bergantian, berbeda bentuk namun inti tema besarnya tetap sama. Katakanlah, hubungan percintaan yang berkali-kali kandas di tengah jalan, kemarahan tanpa alasan terhadap anak yang sering terjadi, berulang-ulang menjadi kambing hitam pada setiap project di kantor atau entah mengapa kita selalu memiliki teman dengan sifat yang sama menyebalkan sepanjang hidup kita.

Pada kejadian-kejadian tersebut, pernahkah kita melakukan refleksi diri? Apa sebabnya masalah tersebut berulang-ulang terjadi pada diri kita? Mengapa masalah yang sama terus menerus hadir dalam hidup kita?

Mbak Lia mengungkapkan, ada faktor emosi tertentu yang berperan besar disini. Emosi yang sama akan terus menerus menarik peristiwa yang sama pula. Melalui terapi menulis, kita akan diajarkan untuk menulis dengan terarah. Tentu harus dengan panduan profesional, karena salah pengarahan sedikit, bisa-bisa emosi yang keluar nanti malah semakin tidak terkontrol.

keseruan diskusi selama acara dimana partisipan banyak melempar pertanyaan 

Tidak masalah metode penulisan apa yang dipilih. Manual dengan pensil dan kertas atau melalui komputer, selama dilakukan mengikuti panduan yang diberikan, sah saja dilakukan. 

Seperti terapi lainnya, writing therapy ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran dari diri sendiri, tidak ada paksaan. Katakan kita bermasalah dengan pasangan, tidak perlu menunggu pasangan untuk mau ikut terapi agar masalah terselesaikan. Apabila baru salah satu pihak yang siap menjalani terapi, lakukan saja dari satu pihak tersebut. Tidak perlu menunggu. 

Layaknya semua terapi psikologi lainnya, terapi akan lebih berhasil apabila ada kesadaran dari diri sendiri, ada masalah yang dimiliki.

Mbak Lia dan Mbak Deka rutin mengadakan terapi menulis ini, yang biasanya berupa workshop satu hari penuh. Saya sendiri jadi tertarik mengikutinya, semoga dalam waktu dekat segera ada kelas yang dibuka.

peluncuran buku antologi yang menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara sore itu.

Acara hari itu ditutup dengan buka puasa, pembagian door prize dan sesi foto bersama. Sungguh akhir pekan yang penuh dengan insight bermanfaat. 

Jadi tunggu apalagi? Yuk, mulai menulis.



Monday, May 28, 2018

Liburan Hemat Tanpa Utang - Pilih Pulang di Hari Senin

Photo by James Coleman on Unsplash

Liburan bukan satu barang mewah lagi saat ini. Untuk sebagian besar orang, liburan bahkan sudah menjadi gaya hidup, bagian dari kebutuhan sehari-hari. Namun lebih dari sekedar gaya hidup, liburan juga memiliki banyak kualitas baik. Sehingga sangat disarankan untuk menjadwalkan waktu untuk sekedar berlibur di sela-sela waktu kita. 

Salah satu penyebab meningkatnya liburan menjadi gaya hidup masyarakat, seperti diungkapkan melalui saluran berita berikut, adalah perkembangan teknologi yang demikian pesat. Saat ini, siapapun dapat dengan mudah melakukan perjalanan wisata sendiri, dengan bermodalkan internet dan ponsel.

Tidak heran apabila melihat dua sisi ini, gaya hidup dan kemudahan, banyak yang rela berutang demi dapat berlibur. Kasus Fransisca Paisal (Sisspai) adalah salah satu yang ramai diperbincangkan di media masa. Seperti gali lubang tutup lubang, demi memanjakan hasrat jalan-jalan, Sisspai rela berhutang sana-sini untuk membiayai hobinya tersebut. Demi sekali.

jangan sampai terjadi ya...
Padahal ada cara mudah untuk memastikan kantong tidak berlubang, sementara eksis jalan terus. Salah satu trik yang banyak dilakukan traveler dunia adalah memilih jam penerbangan dengan baik. Seperti kita ketahui, bepergian dengan pesawat terbang salah satu pilihan transportasi yang paling efektif. Cermat memilih penerbangan, dipastikan akan membantu kita lebih segar saat tiba di tempat tujuan, mengingat waktu tempuh yang lebih singkat, dibandingkan moda transportasi lainnya.

Namun, biaya tiket pesawat sangat tidak bersahabat dengan deretan angka di buku tabungan kita. Alih-alih mendapatkan keuntungan waktu tempuh singkat, ternyata rekening tabungan kita mendapat angka merah. Bikin trauma mau balik liburan lagi jadinya, ingat perjuangan luar biasa yang harus dilakukan untuk mengembalikan saldo.

Nah, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Expedia di tahun 2015, ternyata ada kunci terbaik untuk memilih tiket penerbangan dengan harga bersahabat. Hari terbaik untuk terbang rata-rata jatuh di pertengahan minggu, antara senin-kamis. Apapun pilihan hari berangkat, pastikan kembali ke kota asal di hari Senin.



Common sense-nya kenapa Senin, tentu saja berkaitan dengan peralihan antara hari paling ramai penerbangan (akhir pekan) dan paling sepi (selasa). Awal minggu banyak pekerja, terikat ataupun tidak, memulai hari dengan berbagai macam tantangan. Sehingga sangat jarang ditemukan seseorang pergi berwisata, atau bahkan melakukan business trip pada hari Senin. Senin adalah saatnya meeting mingguan secara rutin.

Coba deh mulai cek-cek tiket penerbangan, tentukan saat kembali di hari Senin, siapa tahu tujuan wisatamu berikutnya lebih murah dari yang dibayangkan. 

Kasih tahu hasil pencarianmu di bawah sini ya!



Sunday, May 27, 2018

90s Battle: Hobi Anak 90an Yang Mulai Terlupakan

Photo by Eric Nopanen on Unsplash
Menentukan topik 90an minggu ini mudah rasanya buat Mamah Merah, saat saya menanyakan bahasan apa yang akan kita angkat minggu ini. "Bahas your 90's hobbies?", serunya langsung menyampaikan ide. Duh, hobi apa yang saya lakukan di tahun 90an ya, pikir saya langsung. Beneran ga kepikiran mau nulis apa. "Kalo lo koleksi apa juga bisa dimasukin," saran Winda lagi pas saya tanya lebih jauh. Lumayan ada pencerahan nih.

Saya coba browsing-browsing terkait hobi generasi 90an di sini, sini, sini, sini, sini dan sini, banyak juga ternyata yang sudah membahasnya. Kemana saja saya selama ini haha. Membaca-baca tulisan tadi membuat saya menyadari banyak sekali hobi lama saya yang sudah ketinggalan zaman, tidak lagi dilakukan anak-anak sekarang. Dan rata-rata hobi tersebut terkait dengan musik. 

Apa saja sih hobi anak 90an yang mulai terlupakan itu?

1. Menonton Musik di MTV
gambar dari sini
Ada masanya Total Request Live (TRL) adalah salah satu acara yang saya tunggu-tunggu. Menantikan video penyanyi terkenal saat itu, menunggu penampilan live mereka atau malah mencari tahu siapa pacar terbaru Carson Daly #eh. Tapi ya, TRL adalah acara yang sangat ditunggu-tunggu jutaan anak MTV di seluruh dunia. Selain gerombolan pop star seperti 'N Sync, Britney, Xtina dan Backstreet Boys, yang semakin terkenal karena acara ini, beberapa bintang baru pun muncul di sana. Salah satu yang paling saya ingat adalah Rihanna dengan Pon De Replay-nya yang berminggu-minggu bertahan di tangga lagu TRL. TRL menjadi barometer musik saat itu.

Sekarang dengan adanya Youtube, semakin mudah untuk menonton musik saat ini. Mencari lagu terbaru dari penyanyi kesukaan, mencari konser musik yang tidak dapat didatangi atau nostalgia lagu lama yang koleksinya telah tiada. Semua dapat dilakukan di Youtube. Selera musik demikian masif sekaligus unik, karena siapapun bisa dengan mudah mengunggah langunya disini.

Di tahun 90an, semua itu hanya bisa saya lakukan lewat MTV. Menunggu dengan manis di depan layar televisi, menantikan lagu favorit tiba. Salah satu versi Asia yang cukup terkenal seperti TRL, meniru MTV UK, adalah MTV Most Wanted. Acara ini memutarkan lagu yang diminta penonton. Semakin kreatif request kita, kesempatan ditayangkan pun semakin besar. Sepertinya salah satu momen langka dimana saya menjadi kreatif adalah saat mengirimkan request kesana, demi banget agar video favorit tayang. 

Sekarang?
Udahlah cek sini aja, semua lagu favorit 90an saya ada semua. Lol.
Saat ini keberadaan MTV pun lebih banyak menyiarkan reality show di channel-nya. 

Btw, sedikit trivia (buat yang paham aja), tahukah kamu kalau Plus One punya MV selain Last Flight Out? 
Ternyata lagu Here in My Heart ada MV-nya. Lol.  

2. Koleksi Kaset
gambar dari sini
Ada kalanya salah satu aktivitas favorit saya adalah mengunjungi toko kaset dan melihat-lihat semua koleksinya. Berjam-jam rasanya sanggup saya habiskan di dalam toko, melihat semua album, mencari album yang belum saya miliki atau sekedar mengecek siapa yang paling populer saat itu. Dengan uang jajan terbatas, tentu saya harus benar-benar memilih kaset siapa yang akan saya bawa pulang. Saat itu adalah masa-masa tersulit dalam hidup saya, menentukan siapa yang saya pilih dari ratusan album yang ada di dalam toko. Sungguh receh sekali ya masalah hidup anak 90an.

Tentunya toko-toko seperti Aquarius, Duta Suara dan Disc Tarra tidak asing untuk saya. Favorit saya tentu saja Aquarius Mahakam di daerah, sesuai namanya, Mahakam - Blok M. Lokasi toko yang strategis, banyak angkutan umum ke arah Blok M serta dekat dengan banyak tempat makan, salah satu alasan utama saya mengunjunginya. Selain tentu saja karena koleksinya yang luar biasa lengkap. Mereka juga menyediakan fasilitas pembelian tiket konser dan merchandise artis yang sulit ditemukan di tempat lain. Saat toko tersebut resmi tutup di akhir 2013 lalu, sepertinya sepenggal kenangan saya ikut melayang.

Anyway, sampai saat ini saya masih memiliki sekitar 200an kaset dalam lemari saya. Sayang rasanya dibuang, apalagi baca-baca di sini dan sini, hobi ini menjadi salah satu peluang usaha sekarang. Walaupun enggak mungkin saya jual juga sih rasanya kaset-kaset itu, biarlah jadi kenangan saja. Sedihnya mungkin kesempatan merawat koleksi tersebut seperti dianjurkan di sini yang tidak pernah lagi, sehingga saya tidak yakin dengan kondisi kaset-kaset saya. Cukup repot menjaganya memang.

Sehingga kalau sekarang disuruh beli kaset lagi, hmmm... mending beli CD ya, tidak terlalu susah memeliharanya. Atau cukup download aja lah ya versi digitalnya. Haha.

3. Membuat Koleksi Lagu Favorit
gambar dari sini
Dengan mudahnya membuat playlist lagu kesukaan melalui spotify, youtube atau itunes saat ini, tentu tidak terbayang apa yang harus dilakukan anak-anak 90an dulu untuk mendapatkan hasil yang sama. Untuk mendapatkan satu album penuh koleksi favorit, perjuangannya setengah mati. 

Ada dua pilihan cara mendapatkan kumpulan lagu favorit:
- merekam dari kaset lain, sehingga harus memiliki dua tempat untuk memasang kaset. Satu diisi kaset yang lagunya ditargetkan untuk direkam, satunya lagi berisikan kaset kosong. 
- merekam langsung dari radio, saat lagu favorit diputar.

Apapun cara yang dipilih, keduanya membutuhkan keahlian yang sama: timing yang tepat untuk memencet tombol record, pada awal dan akhir lagu. Telat sedikit saat memulai, lagu pilihan akan terpotong pada bagian intro. Telat memencet kembali tombol record di akhir, maka lagu berikutnya atau suara sang penyiar radio akan ikutan eksis muncul haha. Sungguh masalah pelik lainnya bagi anak 90an.

Artikel berikut sedikit menggambarkan keseruan aktivitas ini, siapa tahu ada yang kurang kerjaan ingin mencobanya saat ini.

4. Mengumpulkan Pin-Up

Mungkin ada yang belum paham apa itu pin-up? Sedikit penjelasan, pin-up adalah poster satu halaman yang terdapat di majalah-majalah remaja. Berbeda dengan poster yang terdiri dari minimum dua halaman, pin-up lebih sleek. Karena hanya satu halaman, pasti tidak ada bagian yang terlipat. Namun sama dengan poster, pin-up akan menampilkan kualitas foto yang lebih baik daripada kualitas foto di artikel. 

Kekurangan pin-up tentu saja, pembaca harus menyobeknya dari majalah, sehingga artikel di belakangnya mungkin akan kehilangan pasangan. Apabila pin-up terdiri depan belakang, maka kembali masalah pelik remaja 90an terjadi, memilih siapa yang akan dipajang. Hiks. Berat sekali jadi anak 90an, sedikit-sedikit banyak masalah yang harus dipecahkan dan meminta jalan keluar.

Namun jangan sedih, ada majalah yang khusus pin-up saja, untuk kolektor seperti saya saat itu. Tapi tujuan akhirnya ya jadi tidak tersampaikan, karena memang tidak saya pajang, tapi simpan saja. Sebenarnya sama dengan konsep photobook ya kalau sekarang. 

Bonus:

5. Meramal Masa Depan

Satu-satunya hobi yang tidak terhubung dengan musik, namun menuju alam kepunahan juga adalah meramal masa depan. Ramalan ini dilakukan dengan kertas bagaikan capit kepiting.

gambar dari sini
Pilih angka yang tepat, maka siapa pasanganmu, pekerjaan, berapa jumlah anak nantinya akan langsung diketahui. 

Lebih cepat dari membalikkan telapak tangan! Haha.

Keingintahuan akan masa depan sepertinya naluri alamiah manusia, tidak heran cukup banyak masyarakat yang percaya akan zodiak. Zodiak membuat kita sedikit banyak dapat memprediksi apa yang terjadi dalam seminggu kedepan sampai satu tahun berikutnya. Selain ramalan zodiak yang murah meriah, dan terdapat di banyak media remaja, ramalan ala-ala origami fortune teller ini salah satu cara menyenangkan.

Cara melipatnya bisa dilihat di sini atau lewat video tutorial ini, sementara cara bermainnya bisa cek di sini. Dipikir-pikir, semua masalah receh tahun 90an atau yang sedang terjadi saat ini, bisa dipecahkan melalui origami ini. Lumayan simpel dan tepat sasaran.

Sekarang sih banyak online test, seperti tarot reading, yang bisa menyediakan banyak jawaban kehidupan hanya bermodal ketikan di komputer. 

Kecanggihan zaman sedikit banyak tentu mempengaruhi terkikisnya aktivitas-aktivitas di atas. Ada lagi kah hobi tahun 90an yang sudah mulai terlupakan? 

Jangan lupa cek postingan mamah merah juga ya di sini.

Friday, May 25, 2018

Review: Sukses Kelola Manusia - Karena Manusia adalah Makhluk Sosial


Sering sekali kita mendengar bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles untuk membedakan manusia dan hewan, terkenal dengan istilah Zoon Politikon. Sejatinya, manusia memang ditakdirkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Prakteknya, tentu banyak benturan yang akan terjadi, mengingat keunikan setiap manusia. 

Nah, buku ini membuka pikiran saya tentang manusia dan semua yang terjadi di sekitarnya.

Judul buku : Sukses Kelola Manusia
Penulis : Eileen Rachman 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 400 halaman
Harga : Rp. 78.400,- (bukabuku.com)

---

Saya pernah melakukan resensi terhadap buku ini sekilas di instagram beberapa hari lalu, untuk meramaikan hari buku nasional, namun tidak cukup rasanya. Banyak insight positif yang saya dapat dari dalamnya.

Sebagai praktisi sdm, baca buku terkait pengembangan manusia malah jarang. Haha. Soalnya, terkadang pengemasan bukunya terlalu banyak teori kaku, kurang praktis. Apapun juga, di dunia kerja pragmatis masih dicari. Sehingga ketika menemukan buku @eileenrachman ini bagaikan oase. Saya rutin mengikuti kolom beliau di @hariankompas, sehingga cukup familiar dengan cara bertutur beliau. Buku ini adalah kumpulan artikel pendek beliau di harian tersebut, namun dibuat dalam struktur seperti layaknya perjalanan hidup karyawan dalam satu organisasi. Dimulai dari diri sendiri, tim kerja hingga tiba di pucuk pimpinan. Buku yang cocok untuk mereka yang membutuhkan motivasi, menjaga spirit kerja atau bahkan menambah optimisme diri kemudian menyebarkannya kepada lingkungan. Culture is not developed. It is accumulated (p.114) ... #BincangHariBuku
Sebuah kiriman dibagikan oleh A S T I (@astiwisnu) pada


Sehingga sayang rasanya tidak saya ulas lebih lanjut buku yang membuka banyak hal tentang manusia ini. Walaupun ditulis oleh pakar sumber daya manusia (sdm) sekaligus pendiri salah satu konsultan sdm terbaik di Indonesia, Eileen Rachman, namun buku ini tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang bergelut di industri sdm. Insight utama yang ditawarkan penulis adalah memahami tingkah polah manusia dan bagaimana seseorang dapat memanfaatkannya untuk kesuksesan bersama.

Gaya penulisan yang dipakai adalah artikel pendek-pendek, wajar saja mengingat isinya diambil dari kolom tetap penulisnya di salah satu harian besar di Indonesia. Contoh gaya penulisan beliau bisa dilihat juga di sini. Keuntungan cara menulis model artikel membuat pembaca dapat memilih sendiri cerita mana yang akan dibaca lebih dulu. Judul setiap artikel juga memikat dan memancing rasa penasaran.

Are You Happy?

Artikel pertama dalam buku ini membuat saya tersentak. Pertanyaan sederhana namun susah sekali rasanya langsung mengeluarkan jawaban. Untuk seseorang yang tidak pernah kehabisan kata-kata dalam berbicara seperti saya, tentunya menjadi satu pertanyaan besar kenapa saya tidak langsung dapat menjawabnya. Mungkin karena bahagia itu sebenarnya mindset, bukan hasil, begitu saya pikir. Pertanyaan berikutnya jadi, apakah mindset saya bahagia? Karena itu yang menentukan seluruh hasil dari apa yang saya lakukan.

Kutipan menarik dari Martin Seligman, pakar psikologi positif, didapatkan dari buku ini (hal. 14)
it is not an easy task, but it is easily the most important one that we have in our lives. After all, what is the point of living if we are not happy?
Tulisan dari buku ini, karena memang ditulis dalam lingkup organisasi, memiliki alur yang cukup rapi. Dimulai dari cerita 'are you happy?' tadi yang berpusat pada diri sendiri, hingga berujung pada cerita tentang tipe pemimpin yang diharapkan. Pengalaman hidup yang beragam dimiliki penulis, sehingga membuat tulisannya menjadi kaya akan perpaduan teoretis dan pengalaman dari lapangan.

Beberapa tulisan menyentuh cara untuk memecahkan masalah, dimana kuncinya adalah memahami betul apa akar masalahnya, sebelum beranjak pada action plan. Teori sederhana untuk dapat diterapkan pada kehidupan pribadi juga sebenarnya. Sebutlah kita memiliki masalah yang pelik, sebelum bingung dengan pilihan-pilihan yang harus diambil sebagai jalan keluarnya, pahami dulu akar masalah. Pilihannya akan ketemu dengan sendirinya saat benang masalah terurai. Salah satu kuncinya adalah dengan bertanya. Untuk saya, seseorang yang masa kecilnya sering dipenuhi dengan kata-kata 'kamu nanya-nanya mulu sih' atau 'gitu aja kok ga tahu' setiap mengajukan pertanyaan, tentu ini hal yang cukup sulit. Tidak hanya saya sepertinya, banyak masyarakat Indonesia mengalami hal ini. Tidak heran apabila pada banyak meeting atau pelatihan, saat sesi pertanyaan diajukan, hanya terdapat hening yang mengemuka.

If I had one hour to save the world, I would spend fifty-five minutes defining the problem and only five minutes finding the solution
Einstein (hal. 126)

Banyak kutipan-kutipan bermakna lainnya yang saya dapat dari sini. Cukup baik untuk dipakai sebagai tambahan dalam pekerjaan saya, yang kadang harus memuat materi pelatihan, namun cukup cantik juga digunakan sebagai caption di media sosial. Sangat instagramable kalau kata anak jaman now.



Penulis mengajak pembaca melakukan refleksi diri pada setiap tulisannya, ini membuat saya sangat terhubung dengan buku ini. Bahasa yang digunakan sederhana, berbeda dengan kebanyakan buku terkait perilaku manusia lainnya di pasaran, sehingga mudah untuk saya menangkap langsung artinya dan mengaitkannya dengan hidup saya.

Artikel yang reflektif untuk saya misalnya pada tulisan berjudul 'Bebas Bertanggung Jawab' (hal. 173). Penulis memulai tulisan dengan mengutip penggalan lagu lama dari Indra & Mira Lesmana yang bercerita tentang keinginan hidup tanpa batasan, kemudian mengaitkannya dengan kemerdekaan Indonesia. Disini saya dihadapkan pada refleksi akan arti kebebasan yang ada saat ini, siapkah saya hidup di dalamnya dan bagaimana saya dapat memaksimalkannya. Misalnya saja dengan berkembangnya media sosial, membuat saya dapat posting apa saja yang saya suka namun timbal baliknya, saya harus siap juga dengan segala komentar-komentar yang akan muncul dari sana.

Tanpa kita sadari, kebebasan datang bersamaan dengan kesulitan membangun tatanan sosial di organisasi, perusahaan dan masyarakat.
(hal. 177)

Empat ratus halaman buku ini belum cukup rasanya untuk menangkap semua perilaku manusia, beserta dampaknya terhadap lingkungan. Saya sendiri sangat menikmati lahapan halaman demi halaman yang tersaji di dalamnya. Saya percaya demikian juga pembaca lainnya. 



Semoga review saya cukup membantu untuk mereka yang mencari referensi tentang perilaku manusia, atau sekedar ingin mendapatkan motivasi hidup. Apapun juga, sebagai manusia, kita tidak akan terlepas dengan interaksi dengan sesama manusia lainnya. Sehingga sampai kapanpun, cerita tentang manusia akan selalu relevan.


Wednesday, May 23, 2018

Digital Media City - Tempat Hallyu Wave Berada


gambar dari sini
Hallyu Wave mengacu pada meningkatnya popularitas budaya Korea Selatan (Korsel) secara global sejak tahun 1990an. Hallyu mengacu pada negara Korea sementara wave yang berarti gelombang, melambangkan penyebarannya yang berjalan dengan cepat. Terminologi ini pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis Beijing, mengingat tingginya animo akan musik serta drama Korea pada saat itu di Cina.

Sebagai seseorang yang jatuh hati pada musik Korea, tentu informasi ini bukan suatu hal yang baru untuk saya. Tahun 2018 lalu pada perjalanan solo saya ke Seoul, saya mencoba mencari tahu lebih jauh tentang Hallyu Wave terkait sejarah dan keadaan aktual saat ini.

Tujuan solo travelling saya adalah menonton konser beberapa artis Korea yang jarang mengadakan konser di Indonesia. Saat sedang mencari lokasi tempat tinggal, saya menemukan area menarik untuk dikunjungi, Digital Media City (DMC). Mendengar namanya saja membuat penasaran, apalagi mengetahui seperti apa sebenarnya lokasinya. Mengingat salah satu konser yang akan saya datangi berlokasi di Seoul World Cup Stadium, tidak jauh dari DMC, saya memutuskan untuk menginap di area sekitarnya.

DMC terletak di Sangam-dong, Mapo-gu, tidak jauh dari kawasan ramai Hongdae. Kawasan ini terkenal karena banyaknya stasiun televisi Korea Selatan, nasional maupun swasta, yang menjadikan lokasi ini sebagai basisnya. Beberapa agensi manajemen hiburan Korea pun memiliki kantor pusat di kawasan ini. Apabila dianalogikan, mungkin seperti Mega Kuningan di Jakarta, area prestise tempat banyak kantor bertempat.

Berikut ada sedikit gambaran singkat berbagai macam kantor stasiun televisi, yang terdapat di area DMC yang sempat saya dokumentasikan.


Seru ya?

Sebagian besar stasiun televisi terbesar yang beroperasi di Korea Selatan ada disini. Tidak hanya stasiun televisi, terdapat pula lokasi teater untuk tempat pertunjukkan, ruang siaran radio yang terbuka untuk dilihat masyarakat umum, dinding grafiti sejarah perjalanan salah satu stasiun televisi hingga taman serta toko suvenir yang merujuk pada bagian dari fenomena Hallyu Wave.

Saya berjalan menelusuri setiap ruas jalan di DMC dengan perasaan kagum. Sungguh Korsel sangat memperhatikan aspek dunia hiburan dengan penuh perhatian. Berjalan di DMC saya mengingat-ingat tentang detail tempat ini yang sepertinya cukup familiar. Hanya mengelilingi tempat ini saja, saya dapat merasakan area drama Korea yang cukup kental. Terdapat satu toko suvenir dikhususkan untuk menjual merchandise dari drama-drama yang diproduksi salah satu stasiun televisi. Tepat di depan toko suvenir tersebut, terdapat MBC Park, dimana banyak patung kertas serta beberapa peralatan yang berasal dari berbagai drama yang diproduksi MBC berada.

Sekitar beberapa meter ke arah jalan besar, satu toko suvenir lainnya yang menjual semua pernak-pernik terkait satu acara televisi yang tengah populer saat itu, Produce 101, berlokasi. Toko ini benar-benar hanya menjual benda-benda yang terkait acara tersebut, mulai dari replika seragam yang digunakan hingga alat-alat tulis. Mereka bahkan menyediakan modifikasi seragam dalam bentuk kaus atau set untuk keluarga.
Sungguh mengagumkan bagaimana seriusnya Korsel dalam memaksimalkan euforia satu drama, atau bahkan satu acara khusus. Terlihat betapa besar investasi yang mereka keluarkan untuk melakukan semua promosi. Namun tentu saja hal itu memiliki timbal balik yang besar untuk mereka sendiri di masa depan, salah satu buktinya adalah semakin berkembangnya popularitas budaya Korea di dunia.

Satu yang membuat saya lebih kagum lagi, adalah profesionalitas dari para staf yang ada di lokasi. Mengingat faktor bahasa yang berbeda, saya tidak mengharapkan akan dapat berkomunikasi dengan lancar saat berkunjung melihat-lihat area sekitar DMC. Tapi ternyata saya salah. Memasuki dua toko suvenir tersebut, misalnya, para penjaganya memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik. Setidaknya mampu menanyakan pertanyaan standar seperti apa yang saya cari, atau menjelaskan harga yang ditawarkan. Tentunya ini adalah satu usaha yang cukup besar, mengingat butuh perjuangan tersendiri bagi masyarakat Korea untuk dapat berbahasa Inggris. Mengingat cara penulisan dan pengucapan Bahasa Inggris berbeda jauh dengan Hangeul, bahasa lokal yang mereka gunakan.

Berpadunya keseriusan para pelaku bisnis yang terlibat dalam lingkaran Hallyu Wave, ditambah profesionalitas sumber daya manusianya, secara tidak langsung adalah faktor utama mengemukanya kejayaan budaya Korea di seluruh dunia. Banyak hal yang dapat dipelajari industri hiburan negara lain dari Korsel. Salah satu sumber belajar itu dapat ditemukan di DMC.

---
Cara menuju Digital Media City:

Subway: Turun di stasiun Digital Media City, keluar di Exit nomor 2
Bis: Bis nomor 7711 atau 7730 dan turun tepat di depan Nuridream Square atau DMC Gallery.


Saturday, May 19, 2018

Back to (90s) School! - 5 Aktivitas Sekolah yang Identik dengan Tahun 90an

gambar dari sini
Tidak lengkap rasanya balik ke tahun 90an tanpa ngobrolin soal masa sekolah. Karena jujur saja, kenapa tahun 90an ini begitu terkenang banget, salah satunya karena para penghuninya masih duduk di bangku sekolah ya kan, masa-masa yang kayanya pengen rasanya diulang terus, kalau saja tidak ingat pe-er dan ulangan yang setumpuk lol.

Jadi ga salah kalau minggu ini saya dan mamah merah sepakat ngobrolin masa sekolah. Apa yang berkesan dari sekolah di tahun 90an? Ada beberapa hal yang mungkin sampai sekarang masih ada, cuma beda gaya aja misalnya contekan, tapi ada juga yang pastinya sudah berbeda sekarang dan dahulu kala.

Jangan lupa cek juga postingan mamah merah di sini yaaaa.

Untuk saya sendiri, ada lima hal yang paling saya ingat ketika balik sekolah dulu kala. Lima aktivitas ini bikin saya kangen sekolah:

1. Kunti, RPUL, RPAL

Bukaaan, bukan kuntilanak. Serem pisan jaman sekolah saya kalau hanya dia yang diingat. Kunti serta kedua temannya, RPUL dan RPAL adalah buku wajib jaman sekolah. Kalau ketinggalan, rasanya dunia runtuh. Memang se-hiperbola itu saya saat itu.


Kunti atau tekun teliti adalah buku soal hits jaman SD dulu kala. Kalau beli di sekolah, lembar jawabannya sudah hilang. Pastikan beli di toko buku agar masih bisa dapat contekan jawaban, sampai-sampai semua soal berbagai agama bisa saya jawab lol. Sepertinya hampir semua sekolah mengandalkan Kunti saat itu, sehingga kalau sedang main dengan teman yang berbeda sekolah, pe-ernya pun sama.

Nah, kalau RPUL dan RPAL ini buku wajib pengganti ketiadaan Google dan Wikipedia dulu kala.


Masing-masing buku berfokus pada dua pengetahuan dasar, umum dan alam. Saat ini pun, yang mau mengenang masa lalu bisa membeli bukunya di sini. Walaupun banyak buku pengetahuan yang saat ini beredar, dengan ilustrasi yang lebih menarik, namun kedua buku ini tidak terlupakan dari sisi otentisitasnya. Makin lecek bukunya, tandanya makin pintar yang memiliki. Katanyaaaa....

2. Tukar-menukar biodata

Old school bangetssss... hahahahaa...
Lihat deh tulisan di sini, membahas tentang apa saja yang ngangenin dari nulis biodata di tahun 90an. Ada yang berbeda dengan menulis tangan secara langsung dengan mengisi melalui google forms seperti umumnya yang terjadi saat ini. Saat itu goresan tangan, bentuk tulisan serta warna-warni spidol dan hiasan yang menyertainya akan berbicara banyak tentang orang tersebut.

Ternyata, saya masih punya satu buku peninggalan masa SMP nih, semoga yang merasa nulis disini masih ingat apa saja yang ditulis ya. Lol.



3. Main Benteng

Mau bulan puasa sekalipun dimana ga melakukan apa-apa saja bikin capek, haus dan lapar, entah mengapa dulu tetap saja hobi main benteng.

Benteng, seperti tertulis di wiki, adalah permainan yang dilakukan oleh dua grup, dengan minimun empat orang sebagai anggota. Masing-masing grup akan memilih satu tempat sebagai markas mereka, bisa berupa tiang, batu, pilar atau kalau tidak ada juga, dapat membuat lingkaran di lantai dengan kapur. Tugas masing-masing grup adalah mempertahankan markas ini agar tidak diambilalih lawannya. 


Yang menarik dari bermain benteng adalah tawanannya yang bisa sampai berbaris-baris panjangnya. Mudahnya syarat permainan ini juga menjadikan benteng dapat dimainkan dimana saja, bahkan di jalan yang sempit seperti terlihat dari video di atas. Tujuan permainan ini bagus banget sebenarnya, tidak hanya fisik, namun juga bermain stategi dalam merebut markas lawan dan membebaskan tawanan.

4. Tukeran Stiker

Sebagai siswa tahun 90an, pasti tidak terlepas dari tukar-menukar stiker dengan bermacam album stiker. Perempuan dan laki-laki sama terserapnya dalam hobi ini.


Sampai sekarang pun masih ada album stiker Panini ternyata, pas dengan perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia, Panini mengeluarkan album stiker. Sedikit tambahan, mengikuti jaman pastinya, Panini pun menyediakan versi digital dari album stiker ini.

Nah, kalau yang cowok hobi banget dengan stiker Panini, versi sepakbola atau basket, maka yang cewek pilih stiker-stiker lucu dengan album stiker warna-warni.
Pasti ingat banget sama kata-kata ini stiker asli atau palsu ya? Kalau warna stiker di baliknya sama persis dengan bagian luar, nah stiker tersebut pasti asli. Entah teori darimana itu.

5. Ganti Baju Olahraga di Kelas

Apa yang terakhir paling saya ingat? GANTI BAJU MASAL DI KELAS.
Persis dengan cerita di sini, perkara ganti pakaian di kelas sebelum dan selepas kegiatan olahraga ini nampaknya masih menjadi budaya sampai sekarang. Padahal ada kamar mandi, terkadang lokasinya juga tidak terlalu jauh, tapi tetap lebih seru ganti pakaian di kelas haha.


Untung dulu ga ada cctv ya. Sedih banget anak-anak jaman now ya 🤭

Nah itu lima hal yang paling saya ingat kalau ngobrolin soal back to school dulu. Ada nostalgia lain yang lebih terasa untuk kamu kah?

Monday, May 14, 2018

Praktisnya Pakai L Point di Lottemart



Sebagai ibu-ibu masa kini, kata-kata diskon, promo, potongan harga serta hemat tentu masuk kamus utama panduan kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak heran apabila dompet para ibu-ibu banyak berisikan berbagai macam kartu anggota yang menawarkan poin. Biasanya, poin-poin ini nantinya dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah.

Salah satu kartu anggota yang saya miliki adalah kartu L.Point. Kartu L.Point adalah kartu anggota dari jaringan Lotte Group di Indonesia. Sebagai pengunjung tetap Lottemart Wholesale (LW) yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal saya, memiliki kartu anggota secara alami saya miliki. Alasan utamanya, tentu saja karena berbelanja di LW memerlukan kartu anggota sebagai syarat pembayaran.

Nah, sebenarnya selain LW, saya jarang mengunjungi area lain dari Lotte. Tempat bekerja saya sekarang, cukup jauh dari Lottemart terdekat. Sehingga ketika saya berkunjung ke Lottemart di Apartemen Green Pramuka, cukup terkejut juga melihat L.Point saya cukup banyak dan dapat dipotong untuk berbelanja.

Bagaimana bisa? 
Sebenarnya apa sih L.Point itu?


Kita coba jawab satu-satu ya.

L.Point sendiri adalah poin yang didapat setiap pelanggan berbelanja di salah satu jaringan Lotte group di Indonesia. Afiliasi Lotte Group di Indonesia ada tujuh, yaitu Lotte Wholesale (Grosir), Lottemart (retail/supermarket), Lotte Shopping Avenue (departement store), Angel in Us (kafe), Lotteria (tempat makan), iLotte (online shop) dan Lotte Duty Free. Banyak juga ya, setiap kebutuhan manusia nampaknya terwakili oleh afiliasi yang berbeda. Lol.

Untuk mendapatkan poin, pelanggan diharuskan mendaftar terlebih dahulu di salah satu gerai di atas. Seperti diceritakan sebelumnya, saya sendiri mendaftar di Lottemart Wholesale saat membuat kartu L Point. Syaratnya cukup mudah kok, selama telah memiliki kartu tanda penduduk (ktp), siapapun bisa melakukan pendaftaran. Pelanggan tinggal menuju konter informasi dan mengisi formulir pendaftaran, nanti kartu langsung selesai.

Kartunya berwarna hijau telur asin (atau biru telur asin? atau itu warna tosca?). Kurang lebih  bentuknya seperti di bawah ini. Maafkan muka yang ikutan eksis.


Nah, keheranan saya terkait poin saya yang cukup banyak, terjawab di sini. Ternyata, setelah menjadi anggota dan memiliki kartu anggota, kartu fisik ini tidak terlalu banyak fungsinya. Sebelum melakukan pembayaran, setelah selesai berbelanja di salah satu afiliasi Lotte, pelanggan tinggal menyebutkan nomor telepon saja untuk mendapatkan poin atau potongan harga. Suami saya termasuk pelanggan setia Lottemart di dekat warung kopinya, dan saat berbelanja dia selalu menyebutkan nomer ponsel saya. Cukup mudah ternyata, ya. Soalnya kalau harus menghapal nomor atau membawa kartu anggota kemana-mana, pe er juga kan ya.

Cara mudah lainnya, L.Point sudah memiliki aplikasi mobile ternyata. Disini, pelanggan dapat melihat sejarah semua transaksi yang pernah dilakukan, termauk poin-poin dan potongan yang pernah didapat. Melalui aplikasi mobile ini saya bisa melihat semua poin yang rata-rata saya terima dari hasil belanja suami saya, lol.


Aplikasi L.Point sudah tersedia baik di Play store maupun App Store. Saat melakukan registrasi awal, jangan kaget apabila kita memiliki nomor anggota yang berbeda dengan kartu anggota fisik. Saya tidak terlalu memedulikan dual nomor anggota ini, karena saya memakai aplikasi lebih untuk melakukan pengecekan poin. Oh iya, sedikit downside, loading aplikasi ini cukup lambat. Sepertinya karena tampilannya yang berat.

Plus minus sih sebenarnya perkara tampilan. Semua informasi merchants yang bekerja sama dengan Lotte Group, berikut dengan logo setiap merchants, ada di dalam aplikasi. Tidak heran hal ini membuat aplikasi bekerja cukup berat ketika membuka. Tidak hanya sebagai kartu belanja, L.Point juga menawarkan potongan harga di banyak merchants yang bekerjasama dengannya. Kurang lebih ada sekitar 150 merchants, seperti restoran, hotel, taman bermain sampai salon. Informasi lengkap lainnya soal L.Point dapat ditemukan dengan follow Facebook Page-nya di sini.

Kembali ke cerita berbelanja saya akhir pekan lalu, Lottemart, seperti layaknya supermarket lainnya di akhir pekan, dipenuhi dengan pelanggan.

Salah satunya, tentu saja, karena promo yang bertebaran. Pas banget momennya, menjelang bulan puasa pula.



Promo koran. Promo flyer. Promo katalog. Lengkap ada semua di Lottemart.

Salah satu yang menyenangkan dari Lottemart memang promonya. Mereka sering melakukan bundling product dengan harga yang jauh lebih murah, dibandingkan dengan membeli produknya satu-satu secara terpisah. Salah satu yang juara adalah paket sembako, dengan kurang lebih seratus ribu rupiah, sudah mendapatkan beberapa macam barang sekaligus. Kemarin saya juga menemukan sudah tersedia paket dalam kontainer plastik, mulai dijual. Lumayan banget nanti sebagai bekal hantaran Lebaran atau untuk dibawa pulang kampung, misalnya. Efektif dan efisien.



Selain promo, pojok jajanan yang dimiliki Lottemart juga semakin menggoda. Makin banyak pilihan. Tahu banget setelah berputar mengelilingi lorong-lorong belanjaan, pasti lelah menanti, berujung dengan lapar dan haus.

Satu hal lainnya yang saya suka dari Lottemart, sebagai emak-emak, tentunya pilihan troli.


Bermodalkan meninggalkan ktp di dekat pintu masuk, troli dengan model mobil-mobilan ini lumayan bikin bocah anteng. Sehingga orangtuanya dapat leluasa berbelanja. Walaupun area keranjang belanja jadi terbatas, dibandingkan dengan troli biasa, tapi membuat bocah anteng selama periode belanja adalah salah satu pilihan terbaik yang akan diminta orangtua manapun. Setidaknya ada distraksi kecil untuk bocah selama orangtuanya berbelanja, dibandingkan mengacak-acak rak belanja kan. Lol.

Nah, aspek ktp yang ditinggalkan untuk meminjam jenis troli ini, sedikit mengganggu saat proses pembayaran di kasir menggunakan L.Points. Sekecil apapun poin yang telah dikumpulkan dalam L Point, dapat digunakan sebagai alat pembayaran, bahkan langsung dihabiskan sekaligus. Pelanggan tinggal menunjukkan kartu anggota, baik fisik atau aplikasi ponsel, saat melakukan pembayaran. Nah ternyata selain kartu anggota, ktp juga diperlukan sebagai bukti pencatatan. Minor gangguan sebenarnya untuk saya yang selalu memiliki copy ktp di ponsel saya, namun untuk yang tidak memiliki copy ktp, hal ini bisa jadi mengganggu.

Oh ya, patut diingat setiap bulannya, akan terdapat poin yang hangus. Melalui aplikasi ponsel, pengecekan berapa poin yang akan hangus, dapat dengan mudah dilakukan. Sehingga strategi menghabiskannya pun bisa cepat diciptakan, gerai Lotte mana yang harus dikunjungi segera. Haha.

So, selamat berbelanja dengan L.Points dan menikmati beragam kemudahannya.