Friday, March 23, 2018

Perempuan Dalam Hidupku





Aku tenggelam dalam kisah cinta yang penuh warna. Terkadang kelam berpendar dalam hati, seringkali terang berbinar dalam sukma. Aku punya tempat untuk semua rasa. Seperti saat itu, ketika dia memutuskan pergi.

“Kamu terlalu baik untukku,” isaknya dalam derai airmata.

“Bukankah itu harapanmu?”

“Tapi tidak seperti ini,” balasnya. Tidak terbendung air bergulir membasahi pipi mungilnya. Berat rasanya menahan tangan ini bergerak menghapusnya. Seperti biasa aku lakukan. Dulu. Bukan sekarang.

“Kenapa? Apakah aku tidak pantas untukmu?” desakku. Berharap mendapat kepastian. Aku benci tanda tanya.

Perempuan yang telah kukenal dua tahun itu, hanya menggeleng pelan. Bibirnya nampak bergetar. Hanya sedu sedan yang masih terdengar jelas, dalam ritme yang selaras. Semua tentangnya selalu selaras. Seperti malam itu, rambut hitam tebalnya jatuh tepat di atas bahunya. Tidak lebih, tidak kurang. Lengan kemeja magenta yang dikenakannya tergulung pas di siku, tidak terlalu turun atau naik.

“Justru kamu sangat sempurna untuk aku,” jawabnya pelan. Kedua mata beningnya masih tidak menatapku.

Tidak lama, sebuah mobil sedan muncul di ujung jalan. Seorang pria datang dengan sweter hitam dan payung transparan. Berjalan pasti ke arah perempuanku. Aku sungguh tidak menyadari cuaca saat itu.  Hal terakhir yang aku ingat, pedih di dada ketika ia masuk ke dalam mobil.

Tentu saja itu hanya salah satu dari sekian kisah romansa dalam kehidupanku. Seperti aku bilang, kisahku berwarna. Ketika aku bilang berwarna, bahkan taman bunga pun kalah semerbak. Seperti waktu itu, ketika dia memutuskan untuk tinggal.

“Aku mencintaimu!” teriaknya dalam jarak dua meter. Aku bahkan belum melihat wujudnya, namun suaranya telah lebih dulu menghampiriku.

Melihatku kebingungan mencari sumber suara, ia muncul dari belakangku. Tertawa lebar dan memelukku erat. Seakan aku akan meninggalkannya apabila tidak didekap.

“Aku mencarimu kemana-mana. Kemana saja kamu?” ujarnya setelah melepaskan pelukannya. Ah, hilang hangatnya. Batinku berkata. Ingin memintanya mendekapku selamanya.

“Aku harus mengembalikan buku ini, baru saja aku mau ke kantin. Kita berjanji bertemu di sana, bukan?” tanyaku ragu. Dia selalu membuatku ragu.

“Tapi aku kangen kamu. Kamu tidak balas pesanku,” tangannya mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Menggoyang-goyangkannya di hadapanku. Aku terkesiap dan segera membuka ponselku yang sedari tadi ada di dalam tas. Lima belas pesan dan dua panggilan. Dalam tiga puluh menit.
“Kita baru bertemu di kelas pagi tadi,” ucapku sambil menatapnya. Keningku berkerut. Tidak yakin apakah kalimatku meminta jawaban atau suatu pernyataan.

“Itu kan sudah dua jam yang lalu. Sudah lama,” jemarinya menggapai lengan kananku. Melingkarkannya dan mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Aku membiarkannya. Aku tidak bisa mengatakan tidak padanya. Bukan karena aku tidak mau, tapi karena aku ingin menyimpan energiku. Perempuan itu tidak dapat menerima kata tidak dalam hidupnya.

Aku membiarkannya selama dua tahun. Sampai aku menemukannya di satu pagi sebelum kelas, ketika aku menjemputnya seperti biasa. Tubuhnya tergolek lemah di atas ranjang, dengan urat nadi berlumuran darah segar.

Aku menghargai setiap perempuan dalam hidupku. Mereka hadir dengan berbagai cerita dan meninggalkan bermacam kisah.

“Kamu selalu menulis. Apa yang kamu tulis?” tangannya menarik pena yang sedang kugenggam. Di antara kami, dua gelas kopi telah lama tandas.

“Cerita sehari-hari,” ujarku pendek.

“Tentang kita?”

“Tentang kehidupan.”

“Kenapa kamu tidak menulis tentang kita?”

“Apa yang ingin diceritakan?”

“Hmm,” dia tampak berpikir. Tangan kanannya yang sebelumnya menggenggam penaku, sekarang memegang lehernya. Jari-jemarinya bergerak bergantian, menggelitik dagunya. “Bagaimana kita bertemu dan akhirnya bersama?”

“Oke.” Balasku singkat.

“Oke?”

“Iya, oke. Aku akan tulis tentang kita.”

“Semudah itu?”

“Kenapa dipersulit?”

“Aku tidak tahu. Aku pikir kamu butuh ide yang lebih luar biasa dari itu. Kamu selalu mempertanyakan hidup, menantang alam atau menguji keadaan. Selalu seperti itu.”

Aku menatapnya, mencoba membaca pikirannya. Perempuan itu membalas tatapanku dengan senyuman. Perlahan, ia mendekatkan mukanya ke arahku dan menempelkan bibirnya. Aku terpaku. Tidak dapat bergerak. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Ia pasti dapat membaca air mukaku, karena ia tertawa.

“Kamu lucu,” ujarnya pelan di telingaku. “Kamu menulis puluhan sajak, memiliki ratusan tulisan, tapi,” ia berhenti. Memalingkan mukanya sedikit, untuk menatap kedua mataku lekat, “tidak pernah ada ceritamu yang berasal dari hati. Tidak ada nyawa.”

Aku terkesiap. Sial, dia tahu.

“Jadi, saat ini, aku akan memberimu cerita dari hati.”

Perempuan itu mempertemukan bibirnya dengan bibirku. Memagutku dalam remang warung kopi. Memberikan rasa akan kecupan pertama. Membangkitkan sesuatu dalam hatiku. Sesuatu yang belum pernah diberikan perempuan-perempuan lain selama hidupku.

Aku berharap dia kekal.

----
693 kata
Genre: Romance
Profesi Tokoh: Pensyair

Monday, March 19, 2018

Why Wanna One?


taken from: https://fernbarberkie.deviantart.com/art/WANNA-ONE-WALLPAPER-698939751

DO NOT WATCH VARIETY SHOWS. 
I REPEAT. 
DO NOT WATCH VARIETY SHOWS.

I know that warning very well, thank you. But somehow, I tend to violate it myself. *sigh.
Just like watching Korean Drama, Korean variety shows are equally addicting. I am not a fan of K-Drama, but I am a huge addicts of variety shows. I love watching Running Man, Knowing Brothers, Weekly Idol, I Can See Your Voice and Happy Together just to name some. Alongside variety show, the almost identical shows start appearing, survival/talent shows. 

Talent shows are nothing new in South Korea. I remember watching Voice of Korea way back, well since Kangta is part of the panel judges. Anyway, they also have Show Me The Money running for several seasons, finding good rapper. YG Entertainment specifically, made it famous to have all their idol groups start from a survival shows. Start from Big Bang, Winner, Ikon and recently just finished with MixNine.

So, I guess the same hype goes on when Produce 101 first season start in 2016. It had massive response from the audience. When it goes the second season, many wondering will it still got the same reaction as the first one. Turn out, the response was even much more spectacular. I remember stumbled on every Kpop news channel with an update or two related to the shows. Even so when it hits the final. It's super mess. Everyone, literally, everyone on my Kpop-related-timeline-twitter went mad.

But still, I didn't bother. It still did not interest me much, well, until literally almost all Kpop news outlets given out news related to Wannaone and Kang Daniel. Damn. Curiosity really kill the cats. I was so damn intrigue with this popularity that Wannaone had, I just need to give it a go. One variety won't kill I thought. So, I choose one variety show where Wannaone guested, Weekly Idol.

THEN.THIS.HAPPENS!




I fell in love to Ong SeongWoo the minutes he came to the screen. His physical, to me, looks more to Nam Woohyun of Infinite. A long time fave of mine. But, Seongwoo is in another different level. He's damn tall and handsome, with a super witty character. It went downhill from there.

So, it takes no genius that Produce 101 made me curious. And it's a trap, really. I am watched it non-stop for 4 episodes one night. Notes that one episode takes around 2 hours to finish, means, I almost did not sleep at all. I finished all the 11 episodes, include some of the different auditions video, in less than a week.

Looks here his audition video and tell me if you did not felt the slightest impressed. Super confidence Seongwoo!



So, as I said, it really went downhill from there. I love the shows. I will recommend it to everyone to give it a go. The boys all super talented and the shows are really entertaining. It made you became emotionally unstable as well as each elimination passed. As some of the review here or here said, it super sad that the National's Leader and the Child's Genius that got A the first time did not passed. But hey, Jonghyun is doing well with Nu'Est and Samuel will soon launching his second album at the moment. So, everyone wins from this show. 

Even the one not in the final 20 also have a lot of fans. I don't think I ever saw any survival shows where many gained so much from it. That showed how impressive the show is.

So, moving on.
The show finished.
The remained top 11 gathers.
What's next?

A recipe for success I may say.

And damn YMC surely know how to milk it out.

Their first month as Wannaone is a total full-packed schedule. They released debut album called 1X1=1 (To Be One) with the title track Energetic. Energetic got 14 wins in music shows and made them the hot rookies, surely a guarantee winner of Best New Artist by end of the year awards. The songs got a unique choreography with them re-enacted a piano recital show. Some controversies happened, since Minhyun become the center of this song, instead Daniel, the ultimate winner.


But nevertheless, their success did not faltered. Wannaone becomes the most sought-after artist. Aside than Weekly Idol that made me hooked, they've been invited to other popular shows such as The Returns of Superman, Happy Together, and SNL during that first month. Not to mentions, lots of endorsement deals. Products such as cosmetics, beer, school uniforms, snacks and mobile games put them as their spokesmodel. Some commercials even sealed when they're not even debut.

Cosmetic's Ad
Biscuit's Ad
Clothing's Ad

Fast Food's Ad

They become the busiest group existed. Aside than all the above activities, they have their own variety as well. Wanna One Go (season 1 and 2) is super helpful for me to knew the members well. You can watch all the shows where Wannaone or some of the members guesting here

And if Wannaone super busy, then Daniel become the busiest members. If Wannaone have 5 schedule in a week, Daniel will likely got double than that. He became the Nation's Pick for a reason. Cute, tough, sexy, funny in one package.

I really think Daniel's the one that developed greatly in the show as well. So, he's a well-deserved winner from Produce 101 Season 2.



So, after rambling quite some time, today, Wannaone had their third official comeback with the song that... hopefully growns on me later on. 


So, after this-not-so-impressed-songs-for-me released, I was wondered what made Wannaone hugely popular?
The songs are so-so, they're not the first one that come out from a survival show, the group's concept are standard boyband-cliche, their voice an okay but not over the top and their management is bad, honestly.

So why then?

THE PEAK OF MOMENTUM

I really think that Mnet was super clever. They pick out the hype from the first season right-away and create the second one. Come out with the boys' version is a genius marketing. It is not a big secret that boygroup usually had more loyal fan, than girl group. In the fandom history.

Before the show even started, Mnet create the hype on revealed the trainees one by one with their unique greetings video. All the trainees need to do their own introduction in a concept. This tricks create intrigue potential viewers.

Looks how cute Sungwoon is introduce himself with that Harry Potter's customes. Aside than him, Daniel and Jinyoung also use the same custome.



Mnet even invited some well-known name but not famous enough, to join the shows. Jang Moon Bok and Nu'Est are fine examples. Both names already have their own fanbase so it will easier to drawn the fan for the show.

And when it finally hits its peak, Mnet create many gimmicks surrounded the show. As in a story, characterization plays an important part. Character such as great caring leader for Jonghyun, witty and full of comments' Jisung, strong tough guy for Baekho or pure cutiepie genius' Daehwi. 

Aside the original 11 episodes of the shows, Mnet understood exactly that the viewers are hungry for more. They always upload footage not aired or some tiny bits reality shows where some of the trainees become VJ and interviewed one another. Some videos showed cuts for following the daily routine of the trainees or give them some mission challenge. They upload that daily basis.

Look how good of them keeping the show fire alive.


GOOD MIXTURE OF MEMBERS

Eleven members.
Eleven different personalities and skills.

It is quite shocked to know how balance the member of Wannaone is. Although they come from a survival show, where the votes coming from general public, surprisingly the group consisted of enough rappers, singers and dancers.

They had the super tall handsome versus the shorter-cutie pie members. It is equally divided also, the numbers of members that already in the mature-age stage versus the one that still considered under-age.

It attracted wider audience. They have one for every taste.

You can choose your own faves:

The sexy adorable Daniel, cute but want to look tough Jihoon, genius but still super young Daehwi, an overconfidence voice of an Angel's Jaehwan, the dorky unlucky but handsome Seongwu, nosy but charismatic rapper Woojin, tall maknae speaks many languages's Kuanlin, witty with motherly features' Jisung, ice prince's Minhyun, super awkward Jinyoung and pretty skin and voice's Sungwoon.



LIMITED AND MYSTERIOUS

People love limited editions.
It makes them special. Like, they're amongst the luckiest.

Wannaone will only be around until end of this year. After that, they're going back to their respected agencies.

For people like Minhyun and Sungwoon, that previously belong in an existed boyband, they'll surely will be back to their original group. But the other 9 is still unknown.

This feeling of uncertainty excited people. They know Wannaone will only stay for short period of time, that makes Wannable (the name of their fans) willing to do almost anything to support their idol. Say, by this time next year, they'll no longer around. It is better to cherish the moment while they're still at.

And once again, YMC and Mnet is super clever to maximize this opportunity. Fanmeet and concerts occured almost in every big cities allover Asia. I went to one of the fanmeet in Jakarta, it is, well, MEH!

At least that proved, for me that always prefer concert over fanmeet, I can throw it all my logic to watch their fanmeet. Like, it might be the last time I'd be able to see them. Although it's a MEH experience, but I STILL WATCH THEM. I have this rare opportunity to actually saw them.

And I know for sure how many people will feel the same way as I am.
Although maybe some will defend that their fanmeet was great.
Yeah. Sure.

I wrote my experience attended the fanmeet on my twitter account here:
click on the dates to saw the full threads

Anyway,
I like Wannaone.

Not in a Super Duper Love It, but they're the current group that I'm into at the moment.

So, I'm just gonna cherish the product that MNET's created while it lasts
💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

Because...

Why Wannaone?
Why Not!





Friday, March 16, 2018

Menunggu Kedatangan Serigala Buku Penggoda Iman

photo copyright of https://www.bigbadwolfbooks.com/id/


Normally, a publisher would print a hundred thousand books and sell about 70-80 percent. So these are the 20 percent that publishers offered to us (at discounted rates) giving these books another chance

Pernyataan di atas diungkapkan Andrew Yap, penggagas acara bazar buku tahunan Big Bad Wolf atau biasa disingkat bbw, dalam menjelaskan bagaimana buku-buku yang dijualnya bisa sangat murah. Tujuan mulianya adalah mengubah pembaca non-aktif menjadi pembaca aktif, serta membantu pembaca aktif mendapatkan buku idamannya dengan harga terjangkau.

Sebagai pecinta buku, tentu saya tidak boleh melewatkan acara ini.

Saya tahu bazar buku ini saat pertama kali datang ke Indonesia, tepatnya di Tangerang Selatan entah mengapa mereka menyebutnya Jakarta medio 2016 lalu. Sebagai ibu baru saat itu, bayi saya masih berusia beberapa bulan dan sangat tergantung oleh ASI. Sehingga diaturlah rencana kabur tengah malam dengan harapan, bocah hanya akan bangun sesekali. Jadi masih cincai-lah ya titip sama orangtua dengan beberapa liter ASIP siap minum.





Akhirnya tiba di lokasi, ICE BSD Convention Center, sekitar tegah malam saat itu. Sampai lokasi, sungguh bagaikan surga buku dunia. Tumpukan buku menyambut kedatangan saya dan suami. Saat kami datang, areanya enak sekali dan koleksi bukunya sungguh banyak. Hampir semua genre ada disini, baik itu fiksi dan non-fiksi. Saya menikmati waktu mengelilingi setiap selasar dengan seksama. Memastikan tidak ada yang terlewati. 

Suasananya pun tidak terlalu ramai. Saya menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam saat itu. Sangat tidak terasa karena hanyutnya saya akan ribuan buku-buku yang tersedia. Satu hal yang menyenangkan, tumpukan buku masih sangat rapi tersusun. Beberapa hari sebelum even ditutup di tahun yang sama, saya kembali lagi ke lokasi menemukan situasi yang berbeda. Buku-buku berserakan di berbagai area dan mencari satu buku tertentu adalah satu perjuangan tersendiri kala itu.

Tumpukan buku yang masih super rapih saat saya kesana
beberapa hari setelah pembukaan bbwjkt 2016


Setiap tumpukan buku memiliki label-nya masing-masing. Tertulis jelas pada setiap label, jenis bukunya, apabila kita mendekat. Namun apabila kita ingin melakukan scanning dari jarak jauh pun tetap nyaman. Terdapat bendera-bendera yang diletakkan di antara tumpukan buku-buku dengan beraneka warna. Setiap warna menggambarkan jenis buku. Salah satu yang saya ingat adalah warna bendera biru yang menandakan buku anak. Buku anak mendominasi perhelatan ini. Saya sendiri tidak terlalu heran karena banyaknya jenis buku anak-anak. Dari mulai pop-up, activity book, sound book sampai storybook. Semuanya menarik.

Berikut buku-buku anak yang saya borong di tahun pertama bbwjkt2016:



Hasil buruan di #bigbadwolfbooksale subuh tadi. Puaaas banget dapet buku buku baguuus dengan harga super miriiing. Sampe bingung milihnya. Semoga cukup buat #kanamiAF sampe sale berikutnya di tahun depan 😅. Semenjak punya anak, semua emang buat anak. Termasuk cari buku, 3 jam sendiri muterin bagian anak. Ga kebayang kalau muterin smua area.. Hahaha. Buku buku anak harganya start dari 10rb saja! Sampai sekitar 200an ribu untuk activity books. Makin mendekati kasir, imo, buku2nya makin baguuus, murah dan oke. Cari saja yg flag penanda-nya warna biru, nah itu buku anak semua 🤓. Apalagi pakai #mandirifiestapoin bakal dapat tambahan diskon. So much worth it datang kesini di jam sepi. Tengah malam aja ramee, ga kebayang siang hari 🙈. Happy hunting #booklovers 😘 #bukumurah #salebuku #bigbadwolf #importedbooks #childrenbooks #bigbadwolfjakarta #bigbadwolf2016 #bukukeren #bukuanakanak #diskonbuku #bankmandiri #mandiri #goodbooks #bigbadwolfbooksale #bbw #bbwjkt86jamNONSTOP
Sebuah kiriman dibagikan oleh A S T I (@astiwisnu) pada

Harga-harga buku anak sungguh tidak masuk akal. START DARI SEPULUH RIBU RUPIAH. Luar biasa!

Saat itu terus terang saya belum terlalu paham akan buku anak-anak yang bagus, sehingga tidak terlalu banyak yang saya beli. Saya super selektif dalam membeli buku saat itu. Strict dengan batas atas budget 50.000 per buku saja. Pada tahun yang sama, bbw pun digelar di Surabaya. Saya ikut bergabung dengan salah satu jasa titip (jastip) besar terkemuka. Dari sana saya mulai melek buku anak-anak yang bagus. Walaupun demikian, saya tetap bisa menahan diri tidak membeli buku apapun saat itu. Tujuan awalnya memang mau ngintip saja. Cari referensi buku anak yang bagus.

Benar saja, dari situ grup pertemanan saya di media sosial bertambah. Semakin paham saya akan kriteria buku anak-anak yang memiliki cerita yang bagus, ilustrasi buku menarik hingga nama-nama pengarang kenamaan. Saya sampai memiliki daftar wishlist buku-buku impian. Siapa tahu ketemu saat bbw balik tahun berikutnya di Jakarta ya ya ya sebenarnya Tangerang Selatan harusnya, tapi yaa kan tulisannya Jakarta.

BBW 2017 saya sambut dengan mengajukan permintaan tiket preview sale, yang berarti pengunjung dapat hadir satu hari lebih awal. Sampai cuti segala dari kantor demi hadir. Dua kali pelaksanaan bbw di Indonesia mengajarkan, buku-buku bagus selalu ada di awal-awal perhelatan. Sehingga kesempatan datang satu hari lebih awal sebelum dibuka untuk umum, tidak boleh dilewatkan.

Saya dan teman-teman dari komunitas @bcrocktober15 janjian datang bareng. Kami memiliki anak yang lahirnya sama-sama di bulan Oktober 2015, sehingga memiliki selera buku anak yang kurang lebih sama. Mengingat usia anak yang tidak jauh berbeda.

Belanja buku bareng-bareng emang seru dan bisa saling kasih referensi, kalau bicara sisi positifnya ya. Sisi negatifnya tentu lebih banyak, gampang banget terpengaruh sama isi trolley emak sebelah jadi ikutan beli 😂😂😂

Bayangkan enam orang ibu-ibu dengan bala bantuan dua suami saja yang masing-masing membawa satu trolley penuh buku. Sebelah kanan ambil buku pop-up monster kok lucu, ikutan ambil. Sebelah kiri ambil soundbook Disney yang murah kok seru, ikutan comot. Luar biasa kompetitif memang ibu-ibu itu!





Satu hal yang cukup mengganggu saat preview sale adalah antriannya yang cukup bikin emosi. Saya sampai protes langsung, dan untungnya segera ditanggapi. Setelah sebelumnya kami mengalami berkali-kali penutupan kasir dan harus dioper-oper antrian kesana kemari. Menurut info, tahun ini antrian akan lebih terkendali. Belajar dari bbw Surabaya 2017. Semoga benar adanya sehingga pengalaman belanja buku lebih tak terlupakan lagi.

Layaknya bbw tahun sebelumnya, tidak puas rasanya apabila hanya sekali pergi berkunjung. Demikian pula dengan bbw kali ini. Setelah pergi beramai-ramai dengan teman-teman, saya kembali lagi sekitar dua kali ke lokasi. Masing-masing dengan adik dan sepupu, kemudian dengan suami dan anak. Tahun 2017 anak saya sudah bisa jalan, sehingga lebih seru dibawa ke bbw sih. ikutan tarik-tarikin trolley sendiri. 

Walaupun kadang gemes juga kalau bocah ikutan ambil-ambilin buku. Mending kalau dibawa masuk ke trolley, ini diacak-acak atau dilempar-lempar ke lantai. Haduh... sedih amat Mama lihat bukunya, Nak, kalau lecek begitu. Haha.





Senangnya bbw tahun 2017 lalu adalah pilihan bukunya cukup beragam, atau baru ngeh kali yaa saya akan hal ini. Tahun sebelumnya fokus saya lebih ke buku anak-anak soalnya. Namun yang pasti, saya bisa mendapatkan koleksi buku yang cukup imbang untuk saya sendiri dan anak saya. Porsi buku anak memang tetap lebih banyak, yah karena sebagian besar koleksi bbw memang buku anak.

Namun, ternyata saya masih belum puas juga berkali-kali datang ke bbwjkt 2017 saat itu. Karena di tahun yang sama, saya kembali mengikuti jastip bbwsby dan bbwkl. Sepertinya racun bbw ini memang sungguh susah ditepis.



HARTA KARUN #BBWSBY2017 ... ikutan jastip HFS ini bukan pertama kalinya, tahun 2016 lalu pun ikutan. cuma tahun lalu lebih sebagai penggembira karena belum tahu buku - buku bagus.. tahun ini udah mulai melek buku anak lucu dan berdasar pengalaman buku2 bagus yang keluar di HFS tahun lalu, skrg bener2 standby dari hari pertama! ... dan bener aja! rekomendasi buku2 disini beneran keren2 dan semua buku bagus kluar, lucky me bisa snatch seashore, sparrows yard dan how we make stuff yang sampai sekarang masih jadi buku most wanted dimana2. tim HFS ini super jeli mengenali buku2 keren. personal fave pasti barron's atlas dan pop up atlas people. rebutannya sampe tahan napas 😂 ... grup jastipnya juga super kondusif, rapi banget dan kekeluargaan. tim HFS komunikatif update proses rekap, packing sampai pengiriman, ga pernah ada yg komplain ga jelas d grup karena rekapan blm dapet atau paket ga dikirim2. ini berasa bgt bedanya karena aku ikutan bbrp jastip dan d grup lain rusuh bener kejar2an minta cepet dikirim 🙈 ... super puas banget ikutan jastip HFS tahun ini... sampai ketemu di bbw selanjutnya 🙌 ... keep up the good work ❤ ... #sayamemberhfs2017 #grupbbwhfs #giveawayhfs #bbwsbyhfs2017 #bbwsurabaya
Sebuah kiriman dibagikan oleh A S T I (@astiwisnu) pada

Pengalaman berkali-kali belanja buku bbw baik langsung atau melalui jastip membuat saya memiliki beberapa tips persiapan untuk bbw tahun ini. Serigala buku akan datang sebentar lagi, saya kudu bersiap diri. 

Berikut persiapan yang saya lakukan:

1. SIAPKAN DANA

Nomer satu banget. Saya tahu saya akan sangat kalap saat belanja buku. Tiga bulan terakhir saya sedikit mengerem pengeluaran demi memborong buku-buku yang akan dibawa si serigala ini. Saya juga tetapkan limit maksimal saya untuk membeli. Jangan sampai bangkrut juga lah hai kan sedih ga bisa jajan beberapa bulan lamanya. Padahal bacanya juga entah kapan kan, kalau kebanyakan beli. 😀😁

2. SIAPKAN WISHLIST

Catat buku-buku yang ingin dibeli. Apabila belum menemukan judul spesifik, perkecil dengan genre buku yang dituju, serta berapa banyak. Hal ini dapat membantu untuk fokus saat mencari buku, meminimalisir godaan buku menarik lainnya. Walaupun percayalah, godaan akan selalu ada, namun ini saat yang tepat mempercayai iman kita cukup teguh atau tidak 😇😆

3. ATUR WAKTU, HINDARI JASTIP (apabila ingin terhindar dari godaan mahadahsyat)

Apabila memungkinkan untuk datang langsung, sebaiknya datang. Membeli melalui jastip membuat kemungkinan menjadi konsumtif meningkat. Sementara datang langsung membuat kita dapat melihat langsung kondisi buku dan memastikan kebutuhan. Sesuai atau tidak. Perlu atau gengsi. Yah, kalau gengsi sih susah ya ditepis

Walaupun tidak menjamin seratus persen saya tidak akan kalap, setidaknya saya telah berusaha. Bukankah Tuhan menyanyangi umatNya yang berusaha? mulai ngelantur

Anyway, saya ga sabar menunggu Serigala Besar Nakal datang lagi, untuk ketiga kalinya. Mereka bilang, third time the charms 💓💓💓  pliss jangan tanya siapa tepatnya yang bilang

Semoga perhelatan tahunan bbw tahun 2018 ini memang akan jadi acara super istimewa. 
Belanja buku murah, suasana nyaman, koleksi buku lengkap dan rapi serta antrian cepat.


Thursday, March 8, 2018

Masa Depan Bangsa Ditentukan Dari Segelas Kopi




Pernah membaca artikel viral berjudul stop buying avocado toast if you want to buy a home? Artikel ini menjadi trending topic di banyak aplikasi sosial media di awal tahun 2017. Karena viralnya, banyak versi artikel dan bahkan meme yang dibuat merujuk dari artikel tersebut. Dirilis pertama kali di acara Sixty Minutes di Australia, inti dari artikel ini adalah nasihat dari seorang miliuner Tim Gurner kepada kaum muda. Kaum muda yang dimaksud disini dikenal dengan sebutan millenial atau Gen Y. Yaitu mereka yang saat ini berada di rentang usia antara 18-36 tahun.

Tim Gurner mengungkapkan keprihatinannya akan perilaku Gen Y yang membuang uang untuk hal-hal yang remeh. Membeli roti alpukat dicontohkan disini. Contoh lainnya mencakup kebiasaan membeli kopi di kedai kopi kenamaan. Apabila kebiasaan ini rutin dilakukan, sampai kapanpun Gen Y tidak akan mampu melakukan investasi, apalagi sampai dapat membeli rumah.
Seakan mendukung pernyataan Tim Gurner, situs CreditCards.com melakukan penelitian terkait perilaku berhutang masyarakat Amerika Serikat. Situs tersebut bertanya terkait perilaku hutang dari masyarakat Amerika Serikat di rentang usia manusia dewasa. Sejalan dengan Tim Gurner, 65% Gen Y ragu akan kemampuan mereka untuk terbebas dari hutang. Sumber hutang para Gen Y banyak berasal dari kartu kredit. Jangankan melakukan investasi, para Gen Y belum yakin pasti bisa melunasi hutang-hutang mereka.

Pemicu dari hal ini diduga karena Gen Y adalah generasi yang menikmati pengalaman, lebih daripada fungsi. Apabila generasi diatas mereka menghabiskan uang mereka untuk membeli barang yang dibutuhkan, berbeda halnya dengan Gen Y. Gen Y mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk pengalaman yang didapat. Survei dari Majalah Time di 2014 menguatkan hal ini. Dibandingkan generasi-generasi diatasnya, Gen Y sangat mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk hal-hal berikut:

1. Makanan organik, yang tentunya lebih mahal dari bahan makanan biasa,
2. Pakaian multifungsi untuk sehari-hari sekaligus berolahraga,
3. Travel dan melakukan petualangan,
4. Telepon seluler dan aplikasi-aplikasi di dalamnya yang dapat diunduh,
5. Memaksimalkan komoditas sharing economy seperti uber, airbnb atau lyft.

Melihat hal-hal diatas, terlihat jelas perbedaan tujuan kehidupan Gen Y dan generasi sebelumnya. Tidak heran apabila mereka mau membayar lebih mahal untuk avocado toast, yang sebenarnya bisa mereka buat sendiri di rumah. Sensasi makannya akan berbeda. Makan avocado toast di kafe ternama sambil berkumpul dengan teman-teman tentu lebih menyenangkan daripada memakannya di teras belakang rumah. Walaupun, misalnya, teman-teman tetap berkumpul bersama. Pengalaman yang didapatkan akan berbeda.

Gen Y memiliki keinginan yang ambisius. Tim Gurner mendefinisikan harapan mereka sangat tinggi. Standar hidup yang mereka jalani saat ini berbeda jauh dengan generasi sebelumnya. Lembaga konsultan kenamaan, Goldman Sachs, menyebutkan faktor kenyamanan berada di peringkat teratas hal yang diutamakan Gen Y. Mereka tidak perlu memiliki mobil, misalnya. Repot akan perawatan dan menghindari lebih banyak hutang. Apabila generasi sebelumnya yang tidak memiliki mobil akan menggunakan sembarang angkutan umum agar cepat sampai di lokasi, Gen Y akan memilih transportasi online. Kenyamanan mobil pribadi dalam skala yang terjangkau bagi mereka.
Tidak ada yang salah dengan kecenderungan yang dilakukan oleh para Gen Y ini. Setiap generasi masyarakat memiliki kecenderungan masing-masing. Gen babyboomers yang tumbuh besar dalam dunia resesi, mampu menimbulkan sikap tangguh bekerja dan giat berinvestasi. Apabila dibandingkan dengan Gen Y yang tumbuh dalam dunia digital, tentu tuntutan kebutuhannya akan berbeda. Gen Y terbiasa hidup dalam kenyamanan dan kemudahan. Tidak heran apabila hal yang sama selalu mereka cari dalam setiap kesempatan.

Walau kenyamanan dan kemewahan bukan suatu hal yang salah untuk dicari, namun tidak demikian dengan menumpuk hutang. Gen Y diharapkan mampu melunasi hutang-hutangnya dan mulai melakukan investasi untuk masa depan atau masa tuanya. Mulailah menempatkan perhatian lebih pada aspek finansial dan secara rutin melakukan cek kesehatan finansial. Hal ini selain demi menjaga diri sendiri, juga demi membantu kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Anak muda adalah calon pemimpin bangsa. Mereka adalah inovator serta penggiat kemajuan. Apa jadinya apabila satu negara memiliki banyak anak muda yang terlilit hutang? Akan susah bagi negara tersebut untuk dapat memaksimalkan potensi warga negaranya. Warga negaranya setiap hari hanya memikirkan target terbebas dari hutang, mana sempat berjuang untuk kemajuan negara. Bayangkan pula tingginya nilai pinjaman di negara tersebut yang sangat berpotensi mengganggu situasi perekonomi negara secara umum.

Karenanya, yuk, sisihkan uangmu sebesar kau belikan segelas kopi. Untuk masa depan.

Wednesday, March 7, 2018

Put Down Your Phone



Telepon seluler atau lazim disingkat menjadi ponsel sudah menjadi satu kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Sudah menjadi hal yang lumrah bahkan, menemukan seseorang membawa lebih dari satu perangkat ponsel. Data dari situs Statista memperlihatkan, pengguna ponsel terus meningkat dari tahun ke tahun. Statista melakukan pengumpulan data melalui berbagai sumber dari tahun 2013, kemudian melakukan prediksi hingga tahun 2019. Setiap tahunnya, jumlah pengguna ponsel meningkat sekitar 2-5%. Hingga puncaknya di tahun 2019, diprediksikan pengguna ponsel di seluruh dunia akan mencapai lima miliar pengguna. Itu berarti 67% dari populasi penduduk dunia akan memiliki dan menggunakan ponsel.


Kontribusi pengguna ponsel terbesar berasal dari dua negara, yaitu India dan Cina. Kedua negara ini diprediksikan akan memiliki masing-masing lebih dari satu miliar pengguna. Indonesia, walaupun tidak termasuk di dalam daftar pengguna ponsel terbesar, namun memiliki catatan prestasi tersendiri yang tidak kalah unik. BBC Indonesia baru saja merilis informasi keluaran survei lembaga terkemuka di Amerika Serikat. Pengguna ponsel di Indonesia memiliki waktu pemakaian rata-rata tertinggi di dunia. Pengguna Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 181 menit per hari di depan ponsel mereka. Angka ini berada di atas negara tetangga, Filipina, yang menempati urutan kedua dengan rata-rata pemakaian 174 menit per hari. Negara lainnya yang berada di dalam lima besar pemakai ponsel adalah Cina, Brasil dan Vietnam

Survei ini cukup valid mengingat dilakukan di 30 negara dengan 12.000 responden. Pada konsumen di Asia, terdapat hal unik lainnya yang dilakukan pengguna ponsel. Konsumen di Asia senang melakukan apa itu yang dinamakan moshing. Moshing adalah kegiatan melihat dua layar sekaligus, layar televisi dan ponsel. Contoh kegiatannya, konsumen dapat menonton televisi sambil mencari informasi mengenai tontonan tersebut di internet.

Perilaku konsumen ponsel seperti moshing ini adalah perilaku yang sudah biasa dilakukan. Pew Research Center yang berfokus pada penelitian terkait internet dan teknologi melakukan riset mengenai aktivitas pengguna ponsel. Riset ini dilakukan di tahun 2012. Ponsel yang diciptakan memiliki fitur utama untuk melakukan panggilan dan menerima telepon ternyata telah mengalami pergeseran fungsi. Aktivitas tertinggi, atau 82%, yang dilakukan pengguna ponsel adalah mengambil foto. Aktivitas ini meningkat dari tahun ke tahun saat pertama survei dilakukan di tahun 2010. 

Sementara pada analisa demografis menunjukkan tidak adanya perbedaan aktivitas antara kaum pria dan wanita, atau kelompok usia yang berbeda, dalam menempatkan fungsi mengambil foto di urutan pertama. Apabila dilihat lebih mendalam, melalui analisa pendapatan keluarga serta pendidikan, terlihat semakin besar pendapatan serta semakin tinggi pendidikan, semakin kuat pula fungsi mengambil foto dimaksimalkan.

Fungsi komunikasi, sebagaimana fungsi utama telepon, yaitu menerima dan mengirim pesan menempati urutan kedua. Fungsi lain yang berada dalam lima besar adalah; akses internet, mengirim dan menerima surat elektronik, merekam gambar kemudian mengunduh aplikasi. Bermacamnya kegiatan yang dilakukan di ponsel ini mengukuhkan posisi ponsel menjadi satu bagian tak terpisahkan dari manusia. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan melalui ponsel. Sampai ada guyonan menyebutkan, tidak apa tertinggal dompet, namun jangan ponsel. Menandakan pentingnya benda satu ini dalam kehidupan sehari-hari.

Ponsel tak terbantahkan memang sudah menjadi bagian integral manusia. Namun, sadarkah kita berapa banyak waktu yang telah dihabiskan di depan ponsel masing-masing. Terkadang saat mengikuti satu pertemuan, rapat, diskusi atau bahkan temu kangen dengan teman-teman kita, tanpa sadar mata kita lebih banyak menatap layar ponsel daripada mata lawan bicara. Seharusnya, ponsel berfungsi untuk mendekatkan sosok yang jauh, bukan sebaliknya. Saat kita bertemu dengan rekan kita langsung, itu lah saat kita berinteraksi sesungguhnya, bukan melalui layar semu. 

Gerakan-gerakan ‘letakkan ponsel Anda’ atau ‘simpan ponsel Anda’ mulai banyak ditemui di berbagai rumah makan dan kedai kopi ternama. Tujuannya hanya satu, agar manusia dapat melakukan interaksi secara nyata. Berbeda dengan melalui layar, interaksi langsung memberikan afeksi serta sensasi yang berbeda untuk diri manusia. Kita juga tidak tahu bukan, berapa lama lagi masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan rekan, teman atau keluarga kita.
Karenanya, yuk, pinggirkan sejenak ponsel Anda dan lihatlah sekitar. Banyak hal lain yang menarik di sekitar kita, dari yang hanya terlihat pada kotak kecil seukuran jemari tangan Anda. 

Let’s connect in real world.

Sumber:
https://www.statista.com/statistics/274774/forecast-of-mobile-phone-users-worldwide/
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/06/140605_majalah_ponsel_indonesia
http://www.pewinternet.org/2012/11/25/cell-phone-activities-2012/